Rabu, 23 September 2015

Tips Memlih Media Rujukan



Salah satu sumber munculnya fitnah akhir2 ini adalah banyak muncul media abal-abal (belakangan media mainstream juga ikut ikutan) yang hanya mencari sensasi murahan hanya untuk mencari keuntungan dalam kekeruhan suasana. Berikut tips memilih media rujukan setidaknya bahaya fitnah bisa diminimalisir.



1. Jelas identitas penerbitnya.
Ibarat ingin mendapatkan kabar berita yang tepercaya tentu kita lebih percaya pada orang yang kita kenal baik dan jelas, bukan kepada orang asing yang baru kita kenal. Begitupun dengan media umum, pilih yang kita kenal dan tahu latar belakangnya, alamatnya redaksinya jelas, penanggungjawabnya jelas, penulisnya jelas, semua harus jelas.

2. Ada administrator penagnggungjawab terhadap umpan balik masyarakat.
Media yang baik harus disertai umpan balik (dimoderasi) oleh orang (admin) yang bertanggung jawab terhadap konten berita yang disampaikan. Namun sering kali pada media online makin ramai komen justru itulah yang dicari tanpa ada moderasi dari pihak penerbit, dan justru berlomba2 mencari sensasi agar komen yang masuk makin banyak sangat disesalkan banyak media mainstream yang dulu terkenal sangat selektif dalam menyampaikan berita pun kini pun juga ikut ikutan cuma jual sensasi.

3. Berita yang disampaikan jelas dan akurat
Akhir-akhir ini mungkin hampir seluruh media berita lebih mengutamakan sensasi dan opini ketimbang unsur 5w 1h apalagi berdasari data, deep investigative, dan cover bothside sudah sangat jarang sekali dilakukan, lebih kebanyakan kutipan ketimbang data atau fakta, bahkan sering kali judul dan isi berita gak nyambung.

4. Membedakan fakta dan gosip
Hal ini mungkin yang paling sulit, misal ada sebuah peristiwa kebakaran media yang menyampaikan fakta adalah memaparkan peristiwa tersebut berdasar 5W1H... what: ada kebakaran besar di pasar; when: pada sore hari sekitar pukul 15.00 waktu setempat; where:di pasar "abc", jalan 123, daerah Pqr, kota Xyz; who: pemilik kios, pedagang, warga sekitar pasar mengalami kerugian, saksi kejadian, aparat berwenag; why: ada salah satu kios lantai 2 terbakar dan masih diselidiki penyebabnya; how: kebakaran hebat dan baru berhasil dipadamkan setelah 5 jam dst...(nah disini wartawan atau penulis mendiskripsikan kejadian sedetail mungkin). Lain halnya kalau gosip, masih peristiwa yg sama, berita yg diulas justru lain misal ...menurut (katanya) si A (entah siapa mungkin kita juga gak kenal) penyebab kebakaran disengaja oleh kelompok X....atau "pasar itu angker ada penunggunya" kata si B... Nah apesnya opini dan sumber yg gak jelas ini justru yg diminati oleh pembaca...

5. Obyektif, selektif dan independent
Pilihlah sumber media berita yang obyektif tidak memihak suatu golongan tertentu secara berlebihan didasarkan pada seleksi narasumber, data dan fakta yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan serta independent tidak terikat pada satu golongan/kelompok saja.
Tapi maaf untuk point terakhir media berita model seperti ini sudah punah atau tidak pernah ada ada karena sejatinya media adalah "corong" komunikasi suatu golongan atau kelompok. Maka untuk hal ini diperlukan referensi yang banyak agar informasi yg diserap berimbang dan kembali lagi pada pemirsa/pembancanya mau pakai yang mana hal itu juga tergantung dari tingkat ilmu dan latar belakang yang dimilikinya.

Itu tadi 5 tips agar kita lebih bijak dalam menyerap informasi/kabar/berita.
Diluar hal itu ada baiknya berdoa sebelum membaca/menonton/mendengarkan berita dari media (termasuk juga media sosial) agar kita terhindar dari berita fitnah/bohong/rekayasa/hoax dsb yg sangat merugikan diri kita apalagi sampai ikut-ikutan menyebar berita yang gak benar tersebut. Semoga bermanfaat, kurang lebihnya mohon maaf.

Salam Sedulur
Salam Sukses

Tidak ada komentar:

Posting Komentar